Khamis, 8 September 2011

Kenapa menadahkan tangan ke Langit


Kenapa Menadahkan Tangan Ke Langit Ketika Berdoa ?

Salah satu ulama Al Azhar, Al Muhaddits Syeikh Ahmad bin Shiddiq Al Ghumari Al Maghribi (1380 H) telah menyebutkan alasan kenapa disyariatkan menengadahkan tangan ke langit saat berdoa. Dalam beliau, Al Manhu Al Mathlubah fi Istihbabi Raf’i Al Yadaini fi Ad Du’a` ba’da As Shalawati Al Maktubah (hal.61), beliau mengatakan,

"Jika ada yang mengatakan, 'kalau Allah Ta’ala terbebas dari arah, lantas kenapa menengadahkan tangan ke langit saat berdoa?"




Beliau menjawab pertanyaan itu dengan jawaban Imam At Thurthusi (529 H), ulama Malikiyah dari Iskandariyah, yang termaktub dalam Ithaf As Sadah Al Muttaqin, syarah Ihya Ulum Ad Din (5/34,35). Dalam jawaban itu, At Thurthusi memberikan dua jawaban:


Pertama:
Hal itu berkenaan dengan masalah ubudiyah, seperti menghadap kiblat ketika melaksanakan solat, dan meletakkan kening ke bumi ketika sujud, yang juga mensucikan Allah dari tempat, baik itu Ka’bah maupun tempat sujud. Sehingga, seakan-akan langit merupakan kiblat ketika berdoa.


Kedua :
Kerana langit adalah tempat turunnya rezeki, rahmat dan keberkatan, sebagaimana hujan turun dari langit ke bumi. Demikian pula, langit merupakan tempat para malaikat, di mana Allah memutuskan maka perintah itu tertuju kepada mereka, hingga mereka menurunkannya ke penduduk bumi. Ringkasnya, langit adalah tempat pelaksanaan keputusan, maka doa ditujukan ke langit.
Jawapan At Thurtusi di atas sebenarnya merujuk kepada jawapan Al Qadhi Ibnu Qurai’ah (367 H), saat ditanya oleh Al Wazir Al Muhallabi (352 H), seorang menteri Baghdad yang amat dekat dengan para ulama. Dimana suatu saat Al Muhallabi menanyakan,

"Saya melihatmu menengadahkan tangan ke langit dan merendahkan kening ke bumi, di mana sebenarnya Dia (Allah Ta’ala)?
Ibnu Qurai’ah menjawab,

“Sesungguhnya kami menengadahkan tangan ke tempat-tempat turunnya rezki. Dan merendahkan kening-kening kami ke tempat berakhirnya jasad-jasad kami. Yang pertama untuk meminta rezki, yang ke dua untuk menghindari keburukan tempat kematian. Tidakkah engkau mendengar firman Allah Ta’ala (yang maknanya), "Dan di langit rezki kalian dan apa-apa yang dijanjikan" (Ad Dzariayat: 22). Dan Allah Ta’ala berfirman (yang maknya), "Darinya Kami ciptakan kalian, dan padanya Kami kembalikan kalian."

(Thaha: 55).
Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitab beliau berjudul Fathul Bari,jilid 2, m/s 233, cetakan Dar Ma’rifah Beirut :

Katanya: Langit merupakan kiblat bagi doa sebagaimana kaabah kiblat bagi solat. Allah Taala telah sedia ada tanpa tempat, tanpa arah dan Allah telah sedia wujud sebelum Dia menciptakan segala makhluk.






Tiada ulasan:

Catat Ulasan