Khamis, 29 April 2010

Apakah Tawakal


PERNAH ditanyakan kepada Abu Yazid al-Bisthami, "Apakah tawakkal itu?" Lalu ia balik bertanya, "Kenapa Anda bertanya begitu?" Lalu aku katakan bahwa sahabat-sahabatku mengatakan (soal tawakkal). Kata mereka, "Jika ada binatang buas di sisi kanan dan kirimu, batinmu sedikit pun tak tergoyahkan.

" Lalu Abu Yazid berkata, "Iya, itu jelas, tetapi seandainya ahli surga menikmati surganya, dan ahli neraka di neraka mendapatkan siksanya, lalu ada sesuatu pemisahan antara kedua golongan itu dalam hati Anda, berarti Anda telah keluar dari tawakkal."(Abu Musa ad-Dubaili) Awal tahap dalam tawakkal adalah hendaknya Anda sebagai hamba Allah di sisi Allah seperti mayat yang ada di hadapan orang yang hendak memandikannya. Si mayat dibolak balik menurut kemauan orang tersebut, dan si mayat itu tetap tak bergerak sama sekali. (Sahl bin Abdullah)

Kapan (bila) seseorang disebut tawakkal kepada Allah? Demikian sebuah pertanyaan ditujukan kepada Yahya bin Mu'adz. Lalu ia menjawab, "Apabila ia benar-benar redha kepada Allah Ta'ala sebagai wakilnya. (Abul Qasim al-Qusyairi) Ibnu Atha' pernah ditanya tentang hakikat tawakkal. Jawabnya, "Hendaknya Anda tidak gerah dengan masalah dunia ketika Anda kekurangan, sebaliknya Anda tidak kehilangan hakikat ketenangan kepada Allah ketika Anda mendapatkan dunia. (Abul Qasim al-Qusyairi)

Ada tiga derajat Tawakkal. Pertama Tawakkal itu sendiri, kedua Taslim, dan ketiga Tafwidl. Orang yang tawakkal merasa tenteram karena janji-Nya. Orang yang Taslim merasa cukup dengan Ilmu-Nya. Sedangkan orang yang Tafwidl merasa ridla dengan aturan jiwa dari-Nya.

Tawakkal adalah permulaan, Taslim pertengahan, Tafwidl pangkalnya

* diambil dari jalan trabas

Koleksi 1

A copy of the Qur'an opened for reading.Image via Wikipedia
Koleksi

Manusia dirimu itu mengandung rahsia (diri batin : Allah)

Tujuan utama Allah menyerahkan amanah diriNya kepada manusia adalah untuk memperkenalkan DiriNya, dan memuji DiriNya dengan diri rahsianya Iaitu Allah memuji DiriNya dengan DiriNya sendiri


Matikan seluruh rasa

"Jika engkau akan datang kepada Ku, maka matikanlah seluruh rasa yang ada pada dirimu dan kembalikan semuanya kepada Ku"

"Qudrat……Kuasa
"Iradat ……Berkehendak
"Ilmu……...Tahu
"Hayat…….Hidup
"Sama'……..Mendengar
"Basyhar…..Melihat
"Kalam…….Berkata-kata.


Permintaan Sayyidina Muaz bin Jabal

Rasulullah pernah berwasiat kepada Sayyidina Muadz bin Jabal tentang bacaan doa yang didawamkan

" Ya Allah, ajarkan aku tentang ingat (dzikir) kepada Engkau, dan syukur serta ajarkan kekhusyu'an dalam beribadah kepada-Mu"

BEBERAPA HADITH NABI S.A.W MENGENAI KELEBIHAN MEMBACA AL-QURAN ATAU SURAH-SURAH TERTENTU
1- Diriwayatkan daipada Abu Umamah ra, katanya: Aku medengar Rasulullah S.A.W. bersabda: (Terjemahan): “Bacalah Al-Qur’an kerana dia akan datang pada hari Kiamat sebagai juru syafaat bagi pembacanya.” (Riwayat Muslim)
2- Barangsiapa membaca ayat Al-Kursi di akhir tiap sembahyang, tidak menegah akan dia daripada masuk syurga kecuali maut.
3- SURAH AL-DUKHAN Sabda Rasulullah S.A.W. "Barangsiapa membaca surah Ad-Dukhan di waktu malam maka meminta ampun baginya 70,000 Malaikat di waktu pagi."(H.R. al-Tirmidzi)
4- SURAH AL-MULK Sabda Rasulullah S.A.W. Barangsiapa membaca Surah Al-Mulk sebelum tidur nescaya Allah SWT akan membebaskannya dari azab kubur.
5- Barangsiapa membaca Surah Al-Ikhlas sebanyak 10 kali Allah SWT akan membangunkan untuknya sebuah istana di syurga.


Reblog this post [with Zemanta]

Makhluk Allah yang paling dikagumi iman mereka kepada Allah SWT

Makhluk Allah yang paling dikagumi iman mereka kepada Allah SWT

Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya dalam satu majlis ilmu :“Siapakah agak-agaknya antara makluk Allah yang paling kamu kagum iman mereka kepada Allah? Para sahabat menjawab; para malaikat.Tidak kata Rasulullah, kerana mereka adalah golongan yang sentiasa bersedia untuk melakukan segala perintah Allah dan meninggalkan segala tegahan dan larangan-Nya. Kalau begitu wahai Rasulullah, mereka itu ialah para Anbiya (nabi-nabi). Tidak juga, kerana para anbiya dianugerahkan Allah kitab-kitab atau suhuf-suhuf dan mereka juga adalah golongan yang maksum (terpelihara daripada membuat dosa). Jadi kalau begitu kamilah wahai Rasulullah. Tidak juga, kerana kamu boleh jadi orang-orang yang beriman kerana aku berada bersama dengan kamu.

Yang sebenarnya kata baginda, makhluk yang aku maksudkan itu ialah mereka yang akan datang selepas kamu yang hidup tanpa melihat aku (kewafatan baginda), kerana mereka boleh berpegang dengan Al-Quran dan jadi orang-orang yang beriman walaupun aku tidak ada di sisi mereka”.

Dalam riwayat hadis yang lain: Imam Ahmad, Imam Bukhari, Ibn Hibban dan al-Hakim daripada Anas, baginda ada menegaskan bahawa ; “beruntunglah mereka yang melihat aku dan beriman kepadaku (Nabi hanya mengungkap sekali sahaja) dan beruntunglah mereka yang tidak melihat aku dan boleh beriman kepadaku” (diungkap baginda hingga diulang sebanyak tujuh kali)

Reblog this post [with Zemanta]

Rabu, 28 April 2010

Sujud kepada Sang Pencipta

SUJUD KEPADA SANG PENCIPTA

“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam”(Q.S. :6 : 162).
Seorang muslim melihat setiap aspek alam bukan sebagai fenomena yang terpisah dari dunia kasat indera, melainkan sebagai tanda-tanda Ilahi. Maka dengan cara inilah Rabb melalui utusan-Nya yang terakhir, membangun kembali alam (bumi) sebagai tempat yang merupakan inti ajaran Islam. Tempat sang manusia sempurna lagi mulia menyentuhkan dahinya ke bumi sebagai perintah langsung dari Sang Pencipta. Menurut Islam, alam semesta yang penuh dengan tanda dan isyarat (ayat ) Allah, seperti dikatakan dalam Al-Qur'an: "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (ayat) Kami disegenap penjuru dan di dalam diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka akan kebenaran" (QS : 41 : 53).


SHALATKU DAN IBADAHKU

Bersujud menyentuh bumi (shalat) ini diantara berbagai fungsinya, adalah untuk mengembalikan manusia dan alam kesucian fitrah (al-fithrah). Saat Yang Maha Esa menghadirkan dirinya secara langsung di dalam hati manusia dan mengumandangkan sebuah simfoni abadi dalam keselarasan yang ada pada alam yang suci, sesuai firman Allah dalam Al-Qur'an : "Maka bersujudlah kepada Allah, dan sembahlah Dia “ (Q.S. 53 : 62).

Allah Swt telah menunjukkan alam yang suci , karya agung dari tindak kreatif-Nya yang tiada habis-habisnya, sebagai tempat ibadah shalat bagi kaum muslim dan utusan terakhir-Nya yang terkemuka dengan menjadikan Islam, agama fitrah, untuk kembali ke alam fitrah sebagai rumah suci. Dengan melakukan shalat seorang muslim telah kembali ke pusat alam, bukan secara eksternal melainkan melalui hubungan bathin yang menghubungkan prinsip-prinsip dan irama-irama alam. Nabi Muhammad SAW, pertama kali menunaikan shalat di hadapan singgasana Rabb ('Al-Arsy) sebelum beliau mengerjakan shalat di atas tanah dan dengan penyucian kembali tanah sebagai refleksi Arsy, mengembalikan bumi ke kondisi fitrah-Nya sebagai cermin dan pantulan surga. Penyucian kembali tanah dengan tindakan sujud Nabi Muhammad SAW itulah yang memberikan makna baru bagi tanah dan permadani yang menutupinya.

Seorang muslim melewatkan sebagian besar waktunya diatas permadani itu, untuk memahami kesucian tempat dia duduk serta menyatu di dalamnya ketika mengerjakan ibadah shalat. Dengan mewahyukan kewajiban shalat setiap hari kepada utusan-Nya, Allah menjadikan alam tidak hanya sebagai tempat ibadah, sebagaimana arti sebenarnya bagi manusia fitrah tanpa adanya bahaya kemusyrikan, melainkan juga mengijinkan penyucian bumi itu sendiri melalui sujud sang manusia sempurna. Dengan menyentuhkan dahinya ke tanah, Rasulullah SAW. memberikan makna khusus mengenai penyentuhan dahi atas bumi (tanah) dalam upaya mengingatkan manusia pada proses awal penciptaannya dan darimana asal muasal hal ikhwalnya. Seperti tersebut didalam Al-Qur'an : "Dari bumi (tanah) itulah KAMI menjadikan kamu, dan kepada-Nya kami akan mengembalikan kamu, dan daripadanya KAMI akan mengeluarkan kamu, pada kali yang lain". (Q.S.20 : 55).

Al-Qur'an mengembalikan kesadaran manusia, bahwa alam semesta adalah kalam ilahi dan pelengkap ayat-ayat suci tertulis yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.. Kesadaran ini diperkuat dengan tata cara shalat yang secara naluriah mengembalikan pada keadaan fitrahnya, dengan menjadikan seluruh alam sebagai tempat ibadah. Terlebih lagi Rasulullah menegaskan bahwa bumi (tanah) itu tak ubahnya merupakan pencerminan arsy. Beliau melakukan shalat digurun pasir dan pegunungan, di alam yang tetap suci dan bersih. Akar dari kaidah Islam ditemukan pada penyucian kembali alam dalam hubungannya dengan manusia, sebagai wujud fitrah yang tetap menyadari hubungan bathinnya dengan yang Maha Esa maupun dengan ciptaan-Nya. Sedangkan hubungan kosmos Islam dengan kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip kosmologinya digambarkan dengan sangat mengagumkan didalam Al-Qur'an, yang kemudian digali secara terinci selama beberapa generasi disepanjang sejarah Islam.


SHALAT MENGHADAP ALLAH

Sujud, yakni suatu posisi ketiga dalam shalat (namaz) ketika dahi orang yang mengerjakan shalat menyentuh tanah dalam kepatuhan - kerendahan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Rabb. Pada permulaan shalat, seorang muslim berdiri tegak lurus sebagai manusia fitrah. Ia menjadi imam bagi dirinya sendiri, menghadap Rabb tanpa perantara. Ibadah ini dilakukan oleh manusia, bukan sebagai makhluk yang berputus asa, melainkan sebagai wakil Allah dimuka bumi. Sebuah kesadaran akan substansi teomorfis, yang berdiri pada poros vertikal eksistensi alam semesta. Hal ini merupakan kebenaran yang berlaku bagi kaum wanita sebagaimana kaum pria, karena baik kaum pria maupun kaum wanita akan berdiri secara langsung menghadap Rabb dalam menunaikan ibadah shalatnya. Karena di dalam shalat , hamba Allah harus berusaha mencapai persatuan dengan Rabbnya. Hilangkan lintasan-lintasan (ghurur / kicuhan ) lainnya , selain Dzat Yang Maha Suci dari dalam hatinya. Allah SWT tidak ingin diduakan, karena jika hamba Allah ingin menghadap kepada-Nya secara langsung dalam shalatnya, maka hadapkanlah lahir dan bathinnya, jangan lahirnya seperti menghadap Allah, akan tetapi bathinnya menghadap hal-hal lain di luar Allah Swt.

Bagaimana seseorang itu akan dapat merasakan nikmatnya ibadah, jika ia selalu lalai dalam shalatnya. Lalai dalam arti kata, hati dan pikirannya yang tidak pernah terfokus pada Dzat Yang Maha Pencipta. Awal shalat selalu dimulai dengan niat suci karena Allah semata, tapi pada prakteknya niat suci awal tersebut berubah menjadi lintasan-lintasan lain dalam hati dan pikirannya. Misalkan saja ketika kita mengerjakan shalat, terlintas akan permasalahan dan urusan-urusan rumah tangga - pejabat - usaha - dan lintasan-lintasan lain dari bagian dunia ini. Yang demikian itu tidaklah dibenarkan dalam tuntunan adab shalat yang baik, karena jika hal tersebut terjadi itu berarti ia hanya menyiapkan amal lahir dan tidak memelihara hati (bathin). Padahal hati itu adalah pokok yang utama, dan seseorang itu tidak akan selamat kecuali menghadap Allah dengan hati yang lurus tanpa ada kebengkokan didalamnya. Seperti tersebut dalam Al-Qur'an : "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya". (Q.S. 107 : 4-5).

Mengenai masalah hati ini, Sayyidina Ali RA, mengatakan : “Sesungguhnya Allah Ta'ala di bumi ini mempunyai wadah (bekas), yaitu hati. Maka yang paling dicintai Allah adalah wadah yang paling kuat, wadah yang paling bersih, dan wadah yang paling lunak”. Maksudnya ialah kuat agamanya bersih didalam keyakinannya dan lunak terhadap sesamanya (saling menyayangi).

Jika kita menyemak firman Allah dan ucapan Sayyidina Ali tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya manusia itu selalu cenderung merasa puas dengan apa-apa yang telah dikerjakannya. Serta sudah merasa cukup dan sempurna dalam menjalankan apa-apa yang Allah perintahkan kepadanya dengan tanpa berusaha ingin mengetahui dimana letak-letak kekurangannya, dan rasa inilah yang merupakan awal bagi manusia untuk tidak tergerak hatinya dalam mencari kesempurnaan ibadah kepada Allah Swt., karena ia sudah merasa sempurna dengan tata cara ibadah yang selama ini dilakukannya. Jika mengenai urusan dunia rasa cukup itu cocok sekali, hal ini menandakan bahwa ia tidak rakus dan serakah dengan apa-apa yang didapatkannya dari dunia ini untuk mencukupi keperluan hidup diri dan keluarganya. Akan tetapi jika untuk keperluan akhirat rasa cukup itu harus dibuang jauh-jauh, karena akan menghambat tambahan amal-amal lainnya, dan seseorang yang tidak pernah merasa cukup dengan amal akhiratnya tidak dapat dikatakan rakus, karena ia merupakan orang yang pandai mengatur hidupnya dan berpikiran luas serta memiliki rasa kerinduan yang teramat besar untuk bertemu Rabbnya di akhirat kelak. Orang semacam inilah yang tidak akan pernah lalai dalam shalat dan ibadah-ibadah lainnya.


Zikir dalam shalat


Zikir dalam Shalat
Ditulis oleh pengembarajiwa di/pada November 23, 2008

Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Rabb (yang hak) selain Aku, maka mengabdilah hanya kepada Ku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS, Thaahaa : 14)
Jelas sekali firman Allah menerangkan kepada kita bahwa tujuan dari pada shalat adalah agar kita ingat akan Allah. Sehingga apabila seseorang mengerjakan shalat tetapi ingatannya tidak tertuju kepada Allah maka mereka tidak dikatakan orang yang mendirikan shalat, hanya sekedar memenuhi kewajiban untuk mengerjakan saja. Orang yang mendirikan shalat adalah orang yang bisa ingat akan Allah tatkala ia mengerjakannya maupun setelah selesai mengerjakannya. Dan kemudian ingatnya ia akan Allah membias pada dirinya dari buka mata sampai tutup mata. Sehingga kesehariannya selalu terpelihara dari perbuatan–perbuatan keji dan mungkar karena ia selalu ingat akan Allah. Begitu ia berniat akan melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah kemudian ia ingat akan Allah lalu di batalkan niatnya untuk berbuat hal yang melanggar perintah Allah. Jadi penting sekali untuk bisa mengingat akan Allah, sebab Allah akan memelihara dan menjaga orang–orang yang selalu ingat akan Ia. Jalan untuk bisa mengingat akan Allah ia harus kenal dengan Allah. Bagaimana mungkin bisa ingat akan sesuatu kalau ia tidak kenal dengan sesuatu itu. Begitu pula halnya bagaimana mungkin bisa ingat akan Allah kalau ia tidak kenal dengan Allah. Dan untuk mengenal akan Allah terlebih dahulu harus mengenal dengan diri sendiri.

Sayyidina Ali Karamallahu wajhah pernah mengatakan : “Tidak sah Shalat seseorang melainkan terlebih dulu harus mengenal Allah”. Begitu ia ditanya apakah engkau mengenal / melihat akan Allah, maka di jawab oleh beliau : “Aku tidak mangabdi kepada yang tidak aku kenal / lihat”.
Karena itu Allah menjelaskan di dalam firman Nya :
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya”. (QS, Al-Maa’uun : 4 – 5)

Kelalaian seseorang disebabkan ia tidak tahu jalan untuk mengingat akan Allah, karena itu banyak di antara orang–orang yang mengerjakan shalat tetapi akhlaknya buruk. Masih bisa melakukan kecurangan–kecurangan, membodohi orang lain, mengejek, mencela, memfitnah, membuka aib saudaranya, buruk sangka, sombong / membanggakan diri, riya / pamer dan lain sebagainya. Tentu tidak sesuai dengan yang di firmankan oleh Allah :
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS, Al – Ankabuut : 45)

Shalat seperti apakah yang dimaksudkan Allah? yaitu shalat yang di dalamnya di isi dengan zikir / ingat akan Allah yang sudah pasti mengenal akan Allah.
Bagi mereka yang selalu ingat akan Allah, maka akan ia dapatkan ketenangan dan ketentraman jiwa. Hidupnya akan terarah kepada hal–hal yang positif, jika ia di landa kegelisahan ia bawa hatinya untuk berzikir / mengingat Allah maka hilanglah kegelisahan–kegelisahan yang berkecamuk di jiwanya. Allah ber Firman :
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS, Ar-Ra’d : 28)

Di ayat lain Allah SWT juga ber Firman :
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun”. (QS, Az-Zumar : 23)

Begitu pula zikir itu bisa membuat ia semakin dekat dengan Allah. Kalau sudah ia dapatkan kedekatan dengan Allah tentu di Akhirat Syurgalah tempatnya. Untuk itu sangat penting sekali bagi mereka yang ingin mencari ketenangan jiwa sebagai dasar kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak, untuk mengenal akan Rabbnya sehingga bisa ingat yang sebenar–benarnya kepada Allah. Bukan ingatan yang semu dan fatamorgana,bukan pula ingatan yang di ada–adakan. Tetapi benar–benar ingatan yang tidak pernah lupa lagi. Kemudian Allah berfirman lagi :
“Hai orang–orang yang ber Iman, ingatlah akan Allah dengan ingat yang sebanyak–banyaknya”. (QS, Al-Ahzab : 41)

Dengan memperbanyak ingat kepada Allah, membuat jiwa semakin mantap di dalam ketenangan. Sehingga ia dapatkan ketenangan jiwa yang langgeng terus menerus dan jiwa senantiasa menjadi terbiasa di dalam ingat akan Allah di setiap keadaan. Firman Allah :
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS, Ali Imran : 191)
Mereka itulah orang–orang yang mendirikan shalat dan yang diterima shalatnya oleh Allah SWT.

Ahad, 11 April 2010

Belajar dari angsa


Belajar dari angsa
(Tulisan ini adalah forward email entah dari siapa awalnya dan entah siapa pula yang menulis serta menterjemahkannya. Semoga mereka-mereka yang terlibat diberikan kelapangan dan kelurusan jalan dalam menempuh kehidupan ini. Amin)

Kalau anda tinggal di negara 4 musim, maka pada musim gugur, akan terlihat rombongan angsa terbang ke arah selatan untuk menghindari musim dingin. Angsa-angsa tersebut terbang dengan formasi berbentuk huruf "V". Kita akan melihat beberapa fakta ilmiah tentang mengapa rombongan angsa tersebut terbang dengan formasi "V".
Fakta Pelajaran
Saat setiap burung mengepakkan sayapnya, hal itu memberikan "daya dukung" bagi burung yang terbang tepat dibelakangnya. Ini terjadi karena burung yang terbang di belakang tidak perlu bersusah-payah untuk menembus 'dinding udara' di depannya. Dengan terbang dalam formasi "V", seluruh kawanan dapat menempuh jarak terbang 71% lebih jauh daripada kalau setiap burung terbang sendirian. Orang-orang yang bergerak dalam arah dan tujuan yang sama serta saling membagi dalam komuniti mereka dapat mencapai tujuan mereka dengan lebih cepat dan lebih mudah. Ini terjadi karena mereka menjalaninya dengan saling mendorong dan mendukung satu dengan yang lain.
Kalau seekor angsa terbang keluar dari formasi rombongan, ia akan merasa berat dan sulit untuk terbang sendirian. Dengan cepat a akan kembali ke dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung yang diberikan burung di depannya. Kalau kita memiliki cukup logika umum seperti seekor angsa, kita akan tinggal dalam formasi dengan mereka yang berjalan didepan. Kita akan mau menerima bantuan dan memberikan bantuan kepada yang lainnya. Lebih sulit untuk melakukan sesuatu seorang diri daripada melakukannya bersama-sama.
Ketika angsa pemimpin yang terbang di depan menjadi lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi, dan angsa lain akan terbang menggantikan posisinya. Adalah masuk akal untuk melakukan tugas-tugas yang sulit dan penuh tuntutan secara bergantian dan memimpin secara bersama. Seperti halnya angsa, manusia saling bergantung satu dengan lainnya dalam hal kemampuan, kapasiti, dan memiliki keunikan dalam karunia, talent atau sumber daya lainnya.
Angsa-angsa yang terbang dalam formasi ini mengeluarkan suara riuh-rendah dari belakang untuk memberikan semangat kepada angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang dapat dijaga. Kita harus memastikan bahwa suara kita akan memberikan kekuatan. Dalam kelompok yang saling menguatkan, hasil yang dicapai menjadi lebih besar. Kekuatan yang mendukung (berdiri dalam satu hati atau nilai-nilai utama dan dan saling menguatkan) adalah kualiti suara yang kita cari. Kita harus memastikan bahwa suara kita akan menguatkan dan bukan melemahkan.
Ketika seekor angsa menjadi sakit, terluka, atau ditembak jatuh, dua angsa lain akan ikut keluar dari formasi bersama angsa tersebut dan mengikutinya terbang turun untuk membantu dan melindungi. Mereka tinggal dengan angsa yang jatuh itu sampai ia mati atau dapat terbang lagi. Setelah itu mereka akan terbang dengan kekuatan mereka sendiri atau dengan membentuk formasi lain untuk mengejar rombongan mereka. Kalau kita punya perasaan, setidaknya seperti seekor angsa, kita akan tinggal bersama sahabat dan sesama kita dalam saat-saat sulit mereka, sama seperti ketika segalanya baik!

Jumaat, 2 April 2010

Surah Ambia : 79


Surah Ambia 21 : 79

Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat) 967; dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan Kamilah yang melakukannya. (QS. 21:79)

79 dari surah Al-Anbiya’. Bacalah sebanyak 10 kali sebelum menunaikan solat subuh selama tujuh hari, insyaAllah anda akan menjadi seorang yang positif.

Wudhu

Setiap dari kita tahu akan wudhu’ cuma mungkin panggilannya sahaja yang berbeza, ada yang memanggilnya air sembahyang. Sejak kecil kita di dedahkan dengan teknik berwudhu’ dan ianya perlu jika kita ingin menunaikan solat. Bukan itu sahaja jika kita berada dalam keadaan marah, wudhu’ akan mengurangkan api kemarahan yang membakar jiwa kita. Seperti juga azan, tidak ramai diantara kita yang mengambil berat tentang wudhu’. Bagi kita wudhu’ adalah wudhu’ dan ianya hanyalah satu keperluan sebelum melakukan sesuatu ibadah. Tetapi jika itulah pandangan kita terhadap wudhu’ maka ternyata kita terlepas pandang akan kepentingannya dalam kehidupan kita.

Jika wudhu’ itu hanyalah untuk tujuan ibadah sahaja justeru mengapa ada diantara kita yang tidurnya dalam wudhu’, yang jaganya dalam wudhu’ bahkan ada yang menggunakan wudhu’ sebagai pendinding dari kejahatan anasir-anasir halus yang mengganggu. Ada juga yang menggunakan wudhu’ sebelum mempelajari sesuatu ilmu dan tak kurang juga yang mengamalkan adat membatal air sembahyang sebagai salah satu acara di dalam majlis pernikahan. Kita mungkin jarang sekali bertanyakan sebab yang dapat dibuktikan secara sains mengapa kita perlu berwudhu’ sebelum solat atau sebelum membaca al-Quran. Kita juga mungkin jarang mendengar pertanyaan mengapa kita perlu membaca a-Quran dengan bertajwid dan apakah yang dapat dibuktikan oleh sains dalam hal-hal ibadah yang kita lakukan.

Kita dapat melihat dengan jelas akan teknik berwudhu’ seperti yang dinyatakan daripada Humran maula Uthman (ertinya bekas hamba Uthman yang dimerdekakan olehnya) sesungguhnya Uthman ibnu Affan meminta air wudhu’ lalu dia berwudhu’: Dia membasuh dua tapak tangannya sebanyak 3 kali. Kemudian dia berkumur dan istinthar (ertinya menghembus air keluar dari hidung setelah memasukkannya). Kemudian dia membasuh mukanya 3 kali. Kemudian dia membasuh tangan kanannya sehingga ke siku 3 kali. Kemudian dia membasuh tangan kirinya seperti itu juga. Kemudian dia menyapu kepalanya. Kemudian dia membasuh kaki kanannya sehingga ke buku lali 3 kali. Kemudian dia membasuh kaki kirinya seperti itu juga.

Kemudian dia berkata : “Aku melihat Rasulullah berwudhu’ seperti wudhu’ku ini lalu baginda berkata : “Sesiapa yang berwudhu’ seperti wudhu’ku ini kemudian dia solat 2 rakaat dalam keadaan tidak bercakap dengan dirinya dalam solat tersebut, maka diampunkan buatnya dosanya yang telah lalu”. (muttafaqun ‘alaih). Lihatlah betapa besarnya kekuatan wudhu’ apabila digabungkan dengan solat. Namun jika ada yang bertanya kepada kita apakah sebenarnya kekauatan wudhu’ itu dan apakah buktinya maka bagaimanakah kita menghadapi kaum yang sedemikian. Bahkan sebenarnya yang lebih mengerikan jika kita sendiri masih tercari-cari mengapa perlunya wudhu’ dan apakah rahsia di sebaliknya.


Kita tertanya-tanya akan hal ini kerana kita sendiri masih menjadi golongan ikut-ikutan yang hanya mengikut tanpa ilmu. Ini tidak pula bermakna kita tidak perlu berwudhu’ kerana tidak faham akan hikmahnya tetapi alangkah baiknya jika kita mengkaji secara keseluruhan khasiat wudhu’ agar kita dapat mengamalkannya kerana kita kita jelas faham akan hikmahnya. Saya sering bertanya kepada para peserta saya soalan yang saya rasa perlu diketahui oleh kita semua, soalannya adalah: ”ramai yang menggunakan jin untuk meresap masuk ke tubuh orang lain demi mempengaruhi minda orang lain dan sebagainya, namun adakah cara lain untuk meresapi tubuh kita dan tubuh orang lain dengan cara mudah dan tidak menggunakan jin kerana jelas sebaik-baik jin adalah sejahat-jahat manusia?”

Sebelum saya menjawab persoalan itu, elok saya jelaskan pandangan saya tentang sebaik-baik jin jin sejahat-jahat manusia. Pada hemat saya ini amat jelas jika kita faham bahawa jin yang baik, jin yang warak atau sering kita panggil jin muslim sekalipun akan memberi impak negatif terhadap akidah kita. Cuba kita renung kisah yang sering kita dengar, jika seseorang inginkan ilmu-ilmu tertentu maka dia mungkin perlu berwirid atau beramal dengan amalan tertentu dan kemudian jika tidak melakukannya mereka akan ditimpa bencana atau diganggu oleh syeikh-syeikh amalan tersebut. Nah, bukankah kini amalan tersebut dilakukan bukan kerana Allah swt bahkan lebih hebat lagi seseorang yang mengamalkan ilmu tertentu harus melaksanakan solat dan jika tidak parahlah akibatnya.

Bukankah kita sekarang sudah rosak akidahnya, dari berTuhan kan Allah kini bertuhankan jin. Kembali kepada persoalan tadi, jawapannya amat mudah…air. Mengapa air? Air merupakan satu makhluk yang taat, molekulnya berubah bukan hanya dengan kata-kata yang kita lafazkan tetapi turut berubah hanya dengan gelombang fikiran yang kita keluarkan. Air memainkan peranan yang begitu besar dalam kehidupan harian kita. Jika air yang kita gunakan bertenaga positif maka kita akan berubah menjadi positif. Bayangkan apakah yang akan terjadi jika air yang kita minum adalah air yang mana molekulnya berubah bentuk kepada energi negatif dan kemudian bercampur dengan 70% air dalam tubuh kita?

Bukankah akhirnya kita akan menjadi negatif. Air membawa gelombang alpha yakni gelombang selepas beta. Alpha adalah gelombang yang minda bawah sedar yang mana kita akan mula duduk pintu yang yang agak tenang. Kita juga sering berada dalam gelombang alpha namun ketika itu kita tidak emngingati Allah swt, contohnya sewaktu kita menonton rancangan televisyen kegemaran kita. Sewaktu kita menonton rancangan tersebut kita asyik dan adakalanya kita terasa seperti kita berada dalam cerita tersebut. Sewaktu itu otak kita mengeluarkan gelombang otak bernama alpha. Maka jelas di sini dibuktikan secara mudah mengapa kita perlu berwudhu’ sebelum solat adalah kerana sebelum solat kita berada dalam gelombang beta.

Dalam gelombang beta kita menarik energi-energi negatif, fikiran-fikiran negatif serta masalah yang banyak untuk menjadi sebahagian dari hidup kita. Namun apabila kita mengambil wudhu’ kita akan membersihkan energi-energi negatif ini dan seterusnya membawa kepada gelombang otak alpha. Hal yang demikian juga membuktikan bahawa seandainya kita berada dalam api kemarahan yang duduknya dalam gelombang beta maka berwudhu’lah kerana air akan menurunkan gelombang otak kepada gelombang otak alpha yang lebih tenang, lebih rasional. Kita perlu berwudhu’ sebelum solat, kerana jika kita bersolat dtanpa wudhu’ maka kita bersolat dalam keadaan beta. Dalam gelombang beta kita mempunyai 80% negatif dan takkan mungkin kita mengadap Allah swt dalam keadaan negatif yang banyak.

Maka wudhu’ akan merendahkan gelombang otak kepada alpha yang mana fikiran kita akan berkurangan maka barulah fikiran kita sewaktu solat tidak lagi menerawang entah ke mana dan seterusnya sewaktu kita solat seharusnya gelombang otak berada dalam gelombang theta. Jika solat kita berada dalam gelombang theta maka banyak kebaikan yang dapat kita perolehi. Namum yang menjadi persoalannya adalah mengapa sesudah mengambil wudhu’, fikiran kita sewaktu solat masih menerawang entah ke mana. Jawapan bagi persoalan ini cukup mudah dan adalah lebih baik jika saya jawab secara analogi. Jika kita makan dengan gelojoh, adakah kita dapat menikmati keeenakan makan tersebut? Jika kita makan dengan gelojoh, kita mungkin cepat kenyang tetapi berapa lamakah kekenyangan itu bertahan lama?

Kedua-duanya membawa kepada jawapan yang negatif, kita tidak merasa keenakan makanan dan kita akan cepat lapar. Begitulah wudhu’, apabila kita berwudhu’ dengan gelojoh maka kita melakukannya dalam gelombang otak beta, jadi bagaimana khasiat wudhu’ itu akan dirasai. Kita hari ini lebih banyak meyiram dari membasuh anggota tubuh dalam wudhu’. Air merupakan satu terapi yang baik sebagaimana yang telah kita bincangkan tadi. Wudhu’ yang diambil dengan tenang dan berkualiti akan menjadi terapi untuk tubuh yang baik terutamanya bagi mereka yang mempunyai sakit saraf. Marilah kita sama-sama berwudhu’ dengan tenang, sambil menghayati setiap titisan air yang jatuh ke tubuh serta sambil menggosok-gosok anggota tubuh yang berkaitan.

Jika anda dapat melakukan dengan baik maka anda akan dapati perasaan yang lain ketika bersolat. Wudhu’ adalah pintu untuk khusyuk dalam solat. Jika kita masih berwudhu’ dalam gelombang beta maka jauhlah lagi perjalanan untuk khusyuk tetapi jika kita sudah dapat membetulkan wudhu’ maka pintu kekusyukan sudah mula terbuka. Kita perlu ingat wudhu’ yang betul akan menurunkan gelombang otak kepada alpha dan jika anak-anak kita dilatih untuk berwudhu’ sebelum membaca buku, cuba lihat perubahan positif dalam pembelajarannya, jika kita berada dalam keresahan, wudhu’ yang betul akan menyahkan cas-cas negatif yang pada kita.

Wudhu’ adalah terapi dan ianya patut dipelajari dengan betul bukan hanya sambil lewa. Bagi mereka yang ingin kelihatan muda, berwudhu’lah selalu, kerana pada gelombang beta, wajah akan cepat kelihatan tua tetapi apabila kita berwudhu’ maka kita akan berada dalam gelombang alpha dan proses penuaan akan lambat berlaku. Semoga kita mula memahami akan kehebatan wudhu’.

Khamis, 1 April 2010

Al Kursi



AL KURSI

Dalam sebuah hadis, ada menyebut perihal seekor syaitan yg duduk diatas pintu rumah. Tugasnya ialah utk menanam keraguan di hati suami terhadap kesetiaan isteri di rumah dan keraguan dihati isteri terhadap kejujuran suami di luar rumah.

Sebab itulah Rasulullah tidak akan masuk rumah sehinggalah Baginda mendengar jawaban salam daripada isterinya. Disaat itu syaitan akan lari bersama-sama dengan salam itu.

Hikmat Ayat Al-Kursi mengikut Hadis-hadis:

1) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi apabila berbaring di tempat tidurnya, Allah SWT mewakilkan dua orang Malaikat memeliharanya hingga subuh.
2) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir setiap sembahyang Fardhu, dia akan berada dlm lindungan Allah SWT hingga sembahyang yang lain.
3) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir tiap sembahyang, tidak menegah akan dia daripada masuk syurga kecuali maut dan barang siapa membacanya ketika hendak tidur, Allah SWT memelihara akan dia ke atas rumahnya, rumah jirannya dan ahli rumah-rumah disekitarnya.
4) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir tiap2 sembahyang fardhu, Allah SWT menganugerahkan dia setiap hati orang yg bersyukur, setiap perbuatan orang yg benar, pahala nabi2 serta Allah melimpahkan padanya rahmat.
5) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi sebelum keluar rumahnya, maka Allah SWT mengutuskan 70,000 Malaikat kepadanya - mereka semua memohon keampunan dan mendoakan baginya.
6) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir sembahyang Allah SWT akan mengendalikan pengambilan rohnya dan dia adalah seperti orang yang berperang bersama Nabi Allah sehingga mati syahid.
7) Barang siapa yang membaca ayat Al-Kursi ketika dalam kesempitan nescaya Allah SWT berkenan memberi pertolongan kepadanya.
Dari Abdullah bin 'Amr r.a., Rasulullah S.A.W. bersabda,Sampaikanl ah pesanku biarpun satu ayat..."
Wassalam,

"Utamakan SELAMAT dan SEHAT untuk Dunia Mu, Utamakan SHOLAT dan ZAKAT untuk Akhirat Mu